

Kita telah sama-sama mengetahui bahwa Allah SWT adalah pencipta alam semesta ini, dan Dia pulalah yang memeliharanya.
Bahkan bumi beserta segala isinya ini dipersiapkan oleh Allah SWT untuk kepentingan dan sesuai dengan kebutuhan manusia.
Alam jagad raya ini yang konon menurut ilmuwan tercipta milyaran tahun yang lalu, dengan kasih dan sayangnya Allah menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi kita.
Jarak bumi dengan matahari yang telah diatur, tidak lebih tidak kurang. Jika seandainya lebih jauh saja sedikit, maka akan kedinginanlah kita. Sebaliknya jika lebih dekat sedikit saja, maka kita akan mati kepanasan.
Bumi kita pun dilengkapi dengan substansi air yang merupakan kebutuhan primer bagi setiap makhluk hidup. Sampai saat ini, baru di bumi sajalah ditemukan substansi penting ini, tidak di planet-planet yang lain.
Komposisi udara pun di atmosfer pun diatur sedemikian rupa olehNya sehingga merupakan komposisi yang seimbang untuk pernafasan dan fotosintesis makhluk hidup.
Siklus karbon, siklus air, siklus pelapukan dan pertumbuhan diatur sedemikian rupa oleh Allah SWT sehingga kehidupan di bumi kita ini bisa berjalan seimbang dan berkelanjutan.
Maha Besar Allah dengan kuasaNya atas semua ini. Alam semesta yang telah ada sejak miliaran tahun yang lalu, yang sudah mencapai tahap keseimbangannya, dan bertahan berkelanjutan adalah anugerah dari Sang Maha Pencipta.
Aliran air, sungai, danau, bukit, hutan, rawa, laut, pantai, tanaman, binatang, gunung dan semua yang ada di bumi ini terbentuk dalam waktu yang lama dan melalui proses miliaran tahun.
Bisakah Anda bayangkan apa yang terjadi ketika sistem yang stabil itu dikoyak-koyak oleh kepentingan manusia?
Gunung-gunung diledakkan dan diambil batunya untuk pembangunan gedung-gedung dan jalan. Sungai-sungai dibendung untuk irigasi dan waduk pembangkit listrik.
Bukit-bukit diratakan untuk tempat tinggal dan kebun. Rawa-rawa ditimbun untuk jalan dan perumahan elit. Danau dijadikan tempat pembuangan sampah dan limbah. Laut dikotori oleh minyak dan peledakan untuk mencari ikan.
Pohon-pohon ditebangi untuk dijadikan kertas dan barang antik. Akibatnya binatang-binatang masuk ke daerah pemukiman, menghancurkan dan membunuh manusia. Banjir melanda. Kemarau panjang. Suhu semakin panas. Air tak bisa diminum. Longsor menimbun kampung-kampung. Bencana demi bencana selalu datang silih berganti.
Sekarang semua orang berteriak akan pentingnya lingkungan. Tetapi hanya sedikit saja yang betul-betul peduli dengannya. Kebanyakan hanya tinggal slogan. Orang-orang hanya mau menanam bibit, tapi enggan memelihara.
#Gotongroyong dan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki lingkungan hanya seremonial belaka. Selepas itu tinggallah lingkungan yang terus merana.
Ayo Berbuat Baik Pada Lingkungan
Allah SWT menciptakan manusia adalah sebagai khalifah (pemimpin) yang menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Manusia memiliki akal dan kreatifitas untuk memimpin dan mengolah alam ini supaya tetap lestari. Allah yang menciptakan, Allah pulalah yang menanggung rezeki masing-masing makhluk.
Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada para sahabatnya.
Abu Darda’ ra. pernah menjelaskan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasulullah SAW telah diajarkan tentang pentingnya bercocok tanam dan menanam pepohonan serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur.
Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar di sisi Allah SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi adalah termasuk ibadah kepada Allah SWT.
Beberapa Hadits Nabi Muhammad SAW berkenaan dengan kelestarian lingkungan adalah:
“Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka.” (HR. Abu Daud dalam Sunannya)
”Setiap orang yang membunuh burung pipit atau binatang yang lebih besar dari burung pipit tanpa ada kepentingan yang jelas, dia akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah.”
Ditanyakan kepada Nabi : “Wahai Rasulullah, apa kepentingan itu ?”
Rasulullah menjawab : “Apabila burung itu disembelih untuk dimakan, dan tidak memotong kepalanya kemudian dilempar begitu saja.”
Kekacauan, ketidakseimbangan, dan kerusakan alam adalah akibat ulah manusia.
Kreatifitas manusia harusnya dimanfaatkan bukan hanya untuk mengeksploitasi alam, tetapi juga mengatasi dampak yang ditimbulkannya terhadap alam.
Karena itu, sedapat mungkin pembangunan yang dilakukan tidak merubah bentuk fisik alam lingkungan. Sekali kita mengganggu keseimbangan alam, maka sepuluh bahkan seratus langkah antisipasi harus disiapkan.
Hal itu karena keseimbangan alam itu telah disiapkan oleh Sang Pencipta untuk kebaikan manusia semata.