Model sepeda yang semakin modern, nyatanya tidak menggeser eksistensi sepeda tua yang justru semakin menarik bagi kebanyakan orang. Antusiasme masyarakat terhadap sepeda jadul menyebabkan bermunculannya komunitas sepeda tua Pekanbaru yang memiliki tujuan mulia.
Komunitas tersebut dapat ditemukan di beberapa daerah yang jumlah anggotanya mulai dari puluhan hingga ratusan orang. Kalangannya tidak main-main, ada yang berprofesi sebagai pekerja swasta, PNS, dosen dan rektor. Tentu saja komunitas terbuka untuk semua lapisan masyarakat.
Pentingnya Komunitas Sepeda Tua di Pekanbaru
Sepeda boleh lawas, tapi bukan berarti harus dipinggirkan karena model yang ketinggalan jauh dari generasi sepeda modern. Seperti kata Mantan Staf Ahli Walikota Pekanbaru, Dr. Muhammad Ikhsan, “Sesuatu yang klasik mengajarkan kita untuk memperbaikinya, bukan menggantinya.”
Hal yang klasik memang selalu asik, termasuk sepeda onthel yang jadul. Bahkan bagi kebanyakan orang, sepeda ontel menyimpan banyak kenangan yang semakin indah saat diingat kembali. Tidak hanya soal kenangan, komunitas sepeda jadul alias onthel bertujuan antara lain:
1. Melestarikan Sepeda Onthel
Onthel atau sepeda unta merupakan sepeda jadul yang populer di kalangan masyarakat Indonesia dari zaman kolonial hingga sekitar tahun 1970. Kendaraan dengan ban berukuran 28 inchi ini digunakan oleh komunitas sepeda tua demi melestarikan sepeda onthel.
Para generasi muda yang lebih akrab dengan transportasi modern, perlu dikenalkan dengan keberadaan sepeda onthel. Alat transportasi masa lalu tersebut bukan hanya seonggok kendaraan, melainkan bagian dari sejarah bangsa Indonesia.
2. Menggiatkan Kembali Budaya Bersepeda
Menggunakan transportasi modern tidaklah salah, namun tetap perlu diimbangi dengan penggunaan transportasi tradisional yang memiliki manfaat. Semangat gowes yang kembali dimunculkan oleh para anggota sepeda tua Pekanbaru merupakan bentuk aksi yang nyata.
Budaya bersepeda memberikan banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan juga mental. Kegiatan yang dinilai efektif untuk menghindarkan para anak muda dari perilaku menyimpang, contohnya minuman keras, narkoba dan judi.
3. Membiasakan Penggunaan Transportasi Ramah Lingkungan
Para anggota yang tergabung dalam komunitas sepeda onthel, tidak sekedar menyalurkan hobi tetapi juga menaruh perhatian pada program ramah lingkungan. Terlebih, Pekanbaru termasuk dalam kota besar di Indonesia yang fokus mengembangkan transportasi hijau.
Dr. Muhammad Ikhsan selaku Pengamat Perkotaan yang juga memiliki hobi bersepeda, menyebutkan bahwa kebiasaan bersepeda merupakan salah satu dari 5 kunci untuk mewujudkan transportasi ramah lingkungan di Pekanbaru.
Beliau lebih lanjut menjelaskan bahwa setiap orang harus mengubah pola pikirnya untuk lebih memilih kendaraan umum, bersepeda atau berjalan kaki dibandingkan kendaraan pribadi. “Hal tersebut merupakan visi dan misi walikota menuju Pekanbaru Cerdas City,” imbuh Pak Ikhsan.
4. Melestarikan Lingkungan Sekitar
Keberadaan komunitas sepeda klasik juga memberikan kontribusi besar bagi lingkungan sekitar. Dengan menggiatkan budaya bersepeda, maka Kota Pekanbaru yang bebas polusi udara, segar dan tanpa asap dapat terwujud.
Semakin tua, semakin menebar manfaat. Kiranya seperti itulah gambaran dari eksistensi komunitas sepeda tua yang hadir di tengah masyarakat. Hal ini berhubungan erat dengan misi transportasi ramah lingkungan di Pekanbaru karena sama-sama menjaga lingkungan sekitar.
5. Menambah Kenalan
Sudah disebutkan bahwa anggota komunitas terdiri dari berbagai kalangan. Tidak mengherankan apabila komunitas tersebut merupakan wadah besar yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas koneksi.
Istimewanya lagi, komunitas sepeda onthel selalu mendapat perhatian dari pejabat setempat. Pejabat atau pihak yang mewakili sering terlihat pada peresmian sebuah komunitas di daerah tertentu.
Komunitas juga kerap menghadiri acara-acara penting di Riau sehingga kesempatan besar untuk berkenalan dengan banyak orang.
Komunitas Sepeda Tua dan Smart Mobility
Seperti halnya kota besar lain di Indonesia, Pekanbaru juga memposisikan transportasi sebagai urat nadi aktivitas masyarakat di area perkotaan. Pencanangan Smart Mobility di kota tersebut menjadi hal yang penting untuk diwujudkan.
Tidak disangka, keberadaan perkumpulan sepeda kuno di Pekanbaru adalah salah satu prinsip untuk menghadirkan Smart Mobility di kota tersebut. Pak Ikhsan, Dosen Universitas Riau mengatakan, “Mobility perlu memperhatikan 3 prinsip yakni efisien, efektif dan pro lingkungan.”
Pak Ikhsan yang juga seorang Pengamat Tata Kota dan sering aktif dalam komunitas sepeda onthel menambahkan bahwa transportasi sepeda dan penyediaan jalur sepeda termasuk dalam salah satu prinsip yang harus dipenuhi demi Smart Mobility di Pekanbaru.
Sebab, menggunakan sepeda sebagai alat transportasi merupakan kegiatan yang pro lingkungan. Adapun prinsip lain yang perlu dipadukan menjadi satu sistem antara lain penataan hirarki alat transportasi, jalur pedestrian, TOD (Transit Oriented Development) dan mass transportation.
Sebagai ahli yang berpengalaman, Pak Ikhsan memang selalu memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di Riau dan sekitarnya. Penggunaan sepeda sebagai transportasi ramah lingkungan kerap beliau sosialisasikan demi manfaat besar yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Beliau sering mengunggah kegiatan bersepeda yang dilakukan bersama anggota komunitas ke akun media sosial seperti Facebook. Banyak respons positif dari pengikut beliau terhadap kebiasaan gowes yang Pak Ikhsan gemari sejak lama. Bahkan, masyarakat pun mulai meniru kegiatan baik tersebut.
Komunitas sepeda tua Pekanbaru terbukti nyata memberikan kontribusi yang positif bagi Pekanbaru dan masyarakatnya. Memang sangat layak komunitas tersebut mendapatkan apresiasi dan perhatian dari pejabat setempat serta seluruh kalangan masyarakat.