

Pendidikan adalah bagian esensial dari hidup kita. Pendidikan menentukan kemajuan, kesejahteraan, dan kemuliaan suatu bangsa. Karena demikian pentingnya, pendidikan sering menjadi jargon pembangunan, bahan kampanye, dan selalu dimasukkan dalam setiap perencanaan dan penganggaran pembangunan pada semua level.
Selain kegiatan mencari nafkah, maka pendidikan adalah kegiatan yang paling besar dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya. Lihatlah siapa yang memenuhi jalan-jalan pada waktu pagi, siang, dan sore; lihat pula bangunan-bangunan sekolah yang berserakan, mulai dari Playgroup, TK, SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK, MA, Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, Kursus, Bimbingan Belajar, Pesantren, Diklat, dan banyak lagi.
Melihat dunia pendidikan kita hari ini, berbagai macam perasaan bercampur aduk dirasakan. Senang karena melihat banyaknya institusi pendidikan, sedih karena melihat masih banyak masyarakat miskin yang sulit mendapatkan pendidikan karena biaya yang mahal, dan risau karena kualitas pendidikan rerata masih rendah.
Di samping permasalahan-permasalahan tadi, ada beberapa permasalahan khusus yang ingin kami paparkan di sini yang cukup signifikan pengaruhnya pada pendidikan. Pertama, etika guru dan murid. Dahulu murid-murid sangat takut dan hormatnya pada guru. Sang murid rela menunggu berjam-jam hanya untuk mendapatkan arahan tentang satu hal saja dari sang guru.
Prinsipnya adalah ilmu itu didatangi, bukan mendatangi. Sang guru pun begitu berwibawanya sehingga murid-muridnya merasa segan untuk bertingkah laku seenaknya pada sang guru. Waktu itu, dengan penghasilan yang minim, guru-guru selalu telaten dan disiplin dalam mengajar, mencurahkan segala kemampuannya untuk mencerdaskan muridnya.
Sang murid pun merasa dekat dengan gurunya dan sering membantu kebutuhan gurunya. Sekarang, umumnya kebalikannyalah yang terjadi, baik pada sisi guru maupun sisi muridnya. Rusaknya hubungan guru-murid ini berimbas pada keberkahan dan kemantapan ilmu yang diturunkan.
Jika sang guru dongkol karena ulah sang murid yang tidak etis, ataupun keikhlasan yang kurang dari sang guru karena gaji yang kecil dan lain hal akan menyebabkan berkurangnya keberkahan ilmu yang diberikan. Sang guru akan setengah hati menyampaikan ilmunya, tidak detil, dan pada akhirnya manfaatnya dan keberkahannya berkurang.
Pendidikan kita pada hari ini kebanyakan gagal dalam mentransfer nilai, norma, attitude, dan sikap positif. Pendidikan kita pada hari ini kebanyakan hanya mentransfer ilmu dan pengetahuan. Nilai-nilai kejujuran, sopan-santun, kerja-keras, disiplin, bersih, disiplin, dan nilai positif lainnya menjadi semakin sulit diproduksi oleh sekolah-sekolah kita.
Tawuran, pergaulan bebas, pemakaian narkoba, dan penganiayaan adalah beberapa contoh tentang gagalnya transfer nilai ini. Hal ini diperburuk pula oleh ketidakjujuran yang banyak terjadi ketika berbagai macam ujian berlangsung. Mencontek dari kunci jawaban dan kadangkala difasilitasi pula oleh guru menambah rusaknya pendidikan kita.
Fenomena kedua, tentang minimnya guru laki-laki pada tingkatan SD, SMP, dan SMA. Hasil pantauan kami sementara ini ke beberapa sekolah baik di desa maupun di perkotaan, jumlah guru laki-laki hanya berkisar 10-20 persen dari total jumlah guru di sekolah tersebut.
Artinya jika di suatu sekolah ada 20 orang guru, maka guru laki-lakinya hanya antara 2 sampai 4 orang saja. Kami prihatin anak-anak zaman sekarang kehilangan contoh seorang laki-laki dan bapak. Selain di rumah, anak-anak belajar tentang peran laki-laki di sekolah dari bapak gurunya.
Peran pengayoman, perlindungan, kekuatan, kebapakan, kepemimpinan, dan peran-peran lainnya yang hanya bisa didapatkan dari sosok laki-laki menjadi semakin hilang di sekolah-sekolah kita. Kita khawatir, anak laki-laki kita akan dominan unsur lemah-lembutnya, unsur kewanitaannya, daripada unsur kelaki-lakian dimana ia seharusnya bersikap karena contoh guru laki-laki yang semakin berkurang.
Hal ketiga yang mungkin menjadi permasalahan pendidikan kita adalah terlalu dijejalnya anak-anak kita dengan sistem pendidikan yang terlalu kompleks. Semua sistem pendidikan yang kelihatannya baik berusaha untuk diadopsi ke dalam kurikulum dan dijejalkan ke otak siswa-siswi kita.
Akibatnya, anak-anak kita bingung dan capek, kegiatannya bertambah banyak, dan biaya pendidikan pun semakin meninggi (terutama sekolah swasta). Sementara itu, anak-anak kita kelas 6 SD ketika disuruh menghitung berapa luas ruang kelasnya saja saya yakin lebih banyak yang tidak tahu bagaimana caranya. Ironis memang. Hal itu karena pendidikan kita kurang membumi, kurang aplikasi, sehingga kurang berhasil memahamkan hal-hal mendasar yang penting pada anak didik.
Permasalahan keempat adalah kurangnya pemahaman kita bahwa pendidikan adalah upaya investasi, baik investasi untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, maupun investasi untuk amal kebaikan kita. Barangkali guru-guru kita dahulu lebih menghayati hakikat investasi ilmu dan kebaikan.
Bahwa ilmu dan kebaikan yang kita ajarkan kepada seseorang jika berhasil membuat seseorang itu menjadi baik, dan amalannya bernilai baik di sisi Allah SWT, maka pahala orang tersebut akan didapati juga oleh orang yang mengajarkan ilmu dan kebaikan itu dengan tidak mengurangi pahala orang yang melakukan kebaikan itu sendiri.
Selanjutnya bahwa ilmu yang bermanfaat akan mengalir terus pahalanya pada anak Adam AS, meskipun ia sudah meninggal dunia. Guru-guru kita dahulu yang hidup bersahaja, yang tekun mengajari, yang pada raut wajahnya terpancar keceriaan dan kerelaan, dan yang tidak berpikir macam-macam berhasil mendapatkan penghormatan dari masyarakat dan kita murid-muridnya.
Jika kita semua yang berkecimpung di dalam dunia pendidikan bisa menghayati makna investasi ilmu dan tinggal mengambil ”deviden” dari ilmu yang kita tanamkan pada murid-murid kita, barangkali kita akan lebih serius dalam menekuni pendidikan yang kita emban ini.
Demikian pula jika kita sebagai murid-murid dan mahasiswa yang masih terlibat dalam proses pendidikan bisa mengerti bagaimana keberkahan ilmu akan bisa didapatkan dari interaksi positif dengan guru, maka kita akan lebih menghargai guru, dosen, dan ustaz yang menyediakan dirinya untuk mencurahkan ilmunya pada kita. Semoga dunia pendidikan kita menjadi lebih baik ke depan. Amiin.