

Sebanyak lima tempat di Kabupaten Bukit Raya dan Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, dilanda banjir karena hujan lebat mengenai kota Pekanbaru dan sekitarnya sejak beberapa hari terakhir. Banjir terjadi karena perendap sungai di sekitar perumahan penduduk.
Lima tempat adalah Tangors, Sungai Batak, cengkeh, Attaya, di Bukit Raya dan satu titik di Tenayan Raya. “Hari ini kami meninjau lima poin banjir, jika ada satu titik di jalan cengkeh, sekarang naik ke lima poin.
Pak Ikhsan pun mengatakan penyebab banjir itu lebih karena lokasi banjir berada di pinggiran Sungai Sungai ada banyak pemukiman perumahan. Banjir disebabkan oleh perendap Sungai Sail. Ketika hujan, katanya, air di atas sungai meluap karena tanah tertutup sungai yang dangkal, bahan dan sedimentasi lainnya. Itu mengakibatkan sungai yang sulit untuk mengalirkan air dengan baik alih-alih meluap.
“Tidak ada kesemplanan di Sungai Sail, karena itu Kota Pekanbaru BPBD akan berkoordinasi dengan PUPR untuk menormalkan sungai, untuk mengakomodasi dan mengalir air di sepanjang Sungai Sail,” kata Pak Ikhsan.
Selain itu, Pak Ikhsan Menambahkan juga kembali ke warga tidak membuang sampah terutama di Sungai Sail, karena akan meningkatkan penimbunan material ke sungai.
“Kami mendesak komunitas untuk tidak membuang sampah sembarangan. Informasi dari publik juga merupakan Sungai Sille Sail,” pungkasnya.
Pemerintah Provinsi Riau, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau terus mengantisipasi bencana banjir di Riau. Riau saat ini mulai memasuki musim hujan sehingga sejumlah langganan banjir harus diantisipasi sejak sekarang. “Saat ini masa transisi musim kemarau ke musim hujan, April 2021 memasuki musim hujan,” kata Dosen Universitas Riau, Bpk Dr. Ir. Muhammad Ikhsan, M.Sc.
Setelah itu, katanya, pada bulan yang diperkirakan Mei 2021 mulai memasuki kekeringan lagi, oleh karena itu Riau BPBD telah mengantisipasi, paralatan, logistik dan personel semuanya telah disiapkan. Jim mengatakan sekarang telah mendistribusikan sejumlah peralatan dan logistik ke daerah-daerah yang telah dibanjiri.
“Karena kami telah memancar tim dan peralatan ke beberapa titik banjir di Pekanbaru di Tenayan Raya. Tim telah diturunkan di lokasi dan dievakuasi.
Realisasi rencana induk banjir dalam sorotan
“Masalahnya tidak hanya pada drainase, tetapi juga pada normalisasi anak sungai. Semua juga membutuhkan kesadaran umum untuk masalah banjir ini,” jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah kota Pekanbaru kini memiliki masterplan penanganan banjir. Pada akhir Desember 2020, Departemen PUPR Pekanbaru telah mengekspos masterplant ini ke berbagai pihak. Pekan lalu pemerintah kota adalah MOU dengan pemerintah provinsi Riau tentang penanganan banjir. “Ini juga (banjir, merah) ke dalam perhatian kita.
Dalam waktu dekat kita akan melakukan koordinasi internal Komisi untuk memanggil lembaga terkait untuk mempertanyakan sejauh mana penyelesaian banjir ini. Pak Ikhsan juga menjelaskan bahwa banjir yang sering terjadi disebabkan oleh drainase yang tidak baik, tidak berjalan karena harus menjadi penyumbatan dan melimpah air yang mengakibatkan banjir. “Pemkot tidak bisa bekerja sendiri.Namun dengan masayrakat Pekanbaru semua bisa diatasi.
Libatkan pemerintah provinsi Riau dan pihak lain. MoU yang telah dilakukan kita berharap bisa menjadi awal yang baik untuk menangani banjir Pekanbaru. Sementara itu, pada tahun 2021, pemerintah kota Pekanbaru menganggarkan Rp13 miliar untuk penanganan banjir. Ada 375 poin rawan banjir berdasarkan data tentang penanganan masterplan banjir yang tersebar di 15 kecamatan. “Akan mengesankan secara bertahap.
Karena ada lebih dari 375 masalah banjir.Anggaran Rp13 miliar digunakan untuk tindakan pada rencana induk untuk penanganan banjir. “Angka itu mencakup biaya pasukan kuning, pemeliharaan operasional (OP) dan pengembangan drainase di Kompleks Kantor Tenayan Raya,” jelas Pak Ikhsan.
Setelah MoU ini, diharapkan pemerintah provinsi Riau akan melanjutkan dan memfasilitasi MOU dengan distrik-distrik kota yang ada dalam kemajuan.
Seperti beberapa di Distrik Tuah Madani, Distrik Tampan, dan beberapa poin lainnya.
Pekerjaan Umum Publik Kota Pekanbaru (PUPR) mencatat 365 masalah banjir dan 113 titik banjir menyebar di 15 kecamatan di Pekanbaru.
Di hadapan sejumlah awak media di Kota Pekanbaru, pada bincang-bincang santai di Kedubes Coffee, Kamis 14 Januari 2021 malam, Dr M Ikhsan mendedahkan secara detail master plan yang merupakan hasil kerja kerasnya selama lebih kurang lima bulan, mencari dan menganalisa sumber penyebab banjir yang menjadi agenda tahunan di Kota Pekanbaru, disaat musim penghujan tiba.
Menurutnya, metode pengelolaan banjir yang disebabkan oleh hujan di Kota Pekanbaru adalah kombinasi antara penyerapan air dengan penyaluran air. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RT), hutan kota, daerah-daerah serapan (Catchment Area), perlu dihidupkan untuk mengurangi air yang mengalir ke permukaan yang masuk ke parit.
Penanganan ini dikatakan dalam kegiatan PUPR rutin. Aktivitas rutin ini seperti normalisasi anak sungai dan drainase. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan alat berat dan manual menggunakan operator dari PUPR.
“Menggunakan alat berat, setiap hari anggota kami bekerja di jalan. Kami telah menormalkan udara hitam, Sungai Sibam, dan anak sungai di Tangkerang. Kami secara rutin membersihkan,” katanya.
Lebih lanjut M Ikhsan menjelaskan fakta yang terjadi di Kota Pekanbaru hari ini adalah parit-parit yang ada bukan bertambah besar, malah cenderung mengecil disebabkan oleh tumpukan sampah, endapan pasir, parit yang tumbang, serta ada masyarakat yang membangun bangunan di sekitar drainase tanpa memperhatikan kondisi parit yang ada, apakah airnya bakal lancar apa tidak.
“Itulah sebenarnya, penyebab banjir yang sudah kami identifikasi secara berbulan-bulan bersama tim,” ujar Alumnus Doktoral Utah State, Amerika Serikat ini.
Penanganan banjir ini tidak sepenuhnya otoritas pemerintah kota. Tetapi di dalamnya ada juga pemerintah provinsi, pemerintah pusat dan Hall pedesaan Sumatra (BWSS).
Sumber : riaubarometer.com