

Gila! Nggak ada kerjaan lain apa? Rasanya itu yang akan dikatakan oleh sebagian besar orang kalau diberitahu bahwa hari Ahad 7 Maret kemarin, ada 40 orang yang lari di Pekanbaru mengitari Jl. Arifin Ahmad, Sudirman, dan Kaharuddin Nasution. Entah apalagi komentar yang akan keluar kalau diberitahu bahwa startnya jam 01.00 dinihari saat hujan lebat, meskipun akhirnya reda tetapi terus gerimis sampai 10 jam waktu maksimal berlari yang disediakan panitia.

Om Adi, demikian kami menyebutnya– menggagas acara ini di hari ulang tahunnya yang ke 60 untuk mengajak komunitas lari di Riau dan Sumbar mengadakan event lari sejauh 60 km. Saya kebetulan diajak menjadi salah seorang peserta untuk bersama-sama lari di event ini. Kaki saya dan kebanyakan peserta lainnya mengalami blister (gelembung) karena gesekan dan basah akibat hujan. Di 10 km terakhir, saya praktis lebih banyak jalan dari pada lari karena tidak sanggup lagi berlari. Setiap kali kaki diangkat tinggi, otot paha langsung tertarik. Alhamdulillah, kami bisa menyelesaikan event ini dengan finish bersama-sama Om Adi.
Lari jarak jauh (di atas 10k), sudah biasa saya lakukan, minimal sekali seminggu. Tetapi lari ultra (diatas marathon 42k) minimal sekali setahun saya sempatkan juga. Dulu pernah ikut Ultra Challenge Pekanbaru-Harau 172k tahun 2019, meskipun saya hanya sanggup 130k dan Ultra Merdeka Run 74 k tahun 2019.
Setiap kali ikut event ultra ini, saya hampir-hampir berjanji untuk tidak mengulanginya lagi, mengingat penderitaan dan sakit yang dirasakan di setengah terakhir jarak yang harus diselesaikan. Tetapi herannya tetap saja kalau ada event ultra yang diadakan, kalau diajak kawan-kawan komunitas, semangat lagi untuk ikut, meskipun terpincang-pincang menjelang finish.
Rasa kebersamaan di antara sesama peserta, dukungan panitia, bercerita dan bersenda gurau ketika latihan, persiapan, dan bahkan setelah selesai event adalah kenikmatan tersendiri. Keakraban dan solidaritas diantara sesama pelari, tim support dan panitia terikat sangat erat karena hobi dan perasaan yang sama. Bagi saya, ikut ultra run ini bagaikan kenduri sekali setahun yang harus diikuti. Target ultra inilah yang membuat kita rajin berlatih mempersiapkan diri ditengah keterbatasan waktu kita.
Lari ultra, sebenarnya tidak selamanya kita berlari, kalau tidak sanggup lari, bisa berjalan, istirahat, makan minum, dan bahkan tidur kalau mau… Penderitaan di jalur ultra adalah kenikmatan yang tidak habis-habisnya untuk diceritakan… No pain, no gain. Salam olahraga!