

Mohon maaf adalah kata yang mudah diucapkan karena hanya terdiri dari dua kata. Tetapi sesungguhnya ia bisa menjadi amat berat untuk diucapkan karena hal yang memberatkannya. Bisa jadi adalah karena seseorang merasa gengsi untuk mengatakannya karena permohonan maaf bisa dianggap sebagai pertanda kelemahan dan pengakuan kesalahan.
Di sisi lain, memaafkan pun tidak kalah beratnya dari memohon maaf. Ianya menjadi berat karena memang tidak mudah untuk melupakan hal-hal yang menyakitkan dan merugikan hanya dengan permohonan maaf. Butuh beberapa kompensasi dan kalau mungkin pembalasan untuk bisa memberikan maaf. Proses memohon maaf dan memaafkan harus melibatkan kedua belah pihak. Harus ada pihak yang memaafkan, barulah urusan selesai. Jika tidak dimaafkan, maka urusan menjadi sulit.
Jika yang meminta maaf adalah dari orang biasa, apalagi dari pihak yang lemah adalah hal yang biasa dan lumrah. Tetapi, permohonan maaf menjadi amat tinggi nilainya jika yang memohon maaf adalah mereka yang memiliki kekuasaan lebih besar, kekayaan lebih banyak, pengetahuan lebih unggul, kesalahan lebih sedikit, posisi lebih tinggi dibanding orang tempat ia meminta maaf. Orang yang memohon maaf ini adalah sesungguhnya yang berjiwa besar, pemberani sejati, guru dalam keteladanan.
Tetapi sebaliknya memaafkan tanpa perlu ada pihak yang memohon maaf bisa dilakukan oleh diri kita masing-masing, tanpa melibatkan pihak yang menurut kita salah dan layak meminta maaf. Sesungguhnya memaafkan model ini lebih utama, dan merupakan ciri-ciri ahli surga.
Memaafkan adalah sifat Allah. Allah mengampuni dosa hamba-hambanya yang bertaubat dengan kesungguhan dan memohon ampun kepadaNya. Sedang Allah Yang Maha Kuasa, Pemilik dan Pengatur alam semesta ini saja bersifat Pengampun, apakah kita manusia yang lemah ini mau bersifat sombong dengan enggan memberikan maaf apalagi bagi orang yang memintanya? Karena itu sangat tidak layaklah bila manusia memiliki sifat dendam dan tidak memberikan maaf.
Memang untuk bisa mendapatkan maaf, harus ada adab dan syaratnya. Ampunan dari Allah akan didapatkan bila kita bertaubat tidak akan mengulangi perbuatan yang salah. Artinya harus ada komitmen dan kesungguhan hati untuk kembali kepada kebaikan. Demikian pula maaf pada manusia, harus ada keseriusan dan penyesalan ketika sudah berbuat salah dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Permohonan maaf yang tidak disertai dengan sikap penyesalan adalah maaf yang sia-sia.
Ampunan dari Allah adalah murni tanpa beban. Keampunan Allah sungguh maha luas. Allah memberikan ampunan tanpa embel apa-apa. Akan tetapi maaf yang kita dapatkan dari manusia, meskipun sudah betul-betul dimaafkan akan tetap berbekas. Ibarat luka, pasti akan meninggalkan bekas, walaupun samar. Kenangan pahit karena tersinggung pasti akan tetap menempel dalam ingatan walaupun selayang.
Permohonan maaf pada manusia bukanlah seperti nilai (+) yang akan menghapuskan nilai (-) menjadi nol. Ia bukanlah seperti hitungan matematika yang nilai-nilainya bisa hilang dan saling menghapus begitu saja tanpa bekas dan proses. Manusia memiliki hati, memori dan perasaan yang tidak bisa sirna begitu saja. Apapun yang kita lakukan, baik dan buruknya akan membekas di dalam hati.
Karena itu, adalah sangat penting bagi kita untuk bisa berbuat yang tidak perlu menyinggung, tidak harus menyakiti, tidak mesti mengambil, kalau semua itu masih bisa dihindari. Jangan mengharapkan permohonan maaf nantinya dari setiap kesalahan kita pada orang lain akan menghapus kesalahan-kesalahan itu dari memori dan goresan di hatinya.
Bekas goresan itu pastilah tertinggal. Jangan membuat kekeliruan yang tidak perlu dengan mengabaikan dan menyia-nyiakan kesemberonoan kita pada orang lain dan mengharapkan maaf darinya kemudian. Permohonan maaf seharusnya adalah hanya untuk kesilapan, kealpaan, dan kesalahan yang tidak kita sangka-sangka, yang tidak direncanakan, tidak diharapkan.
Jika kita dalam posisi sebaliknya, yang paling mulia yang kita lakukan adalah memaafkan. Rasulullah SAW adalah contoh manusia yang memiliki sifat memaafkan paling hebat. Ketika futuh Mekkah tidak ada darah yang tumpah setetespun, padahal beliau dalam kondisi paling berkuasa pada saat itu dan bisa berbuat apa saja untuk membalaskan dendamnya.
Benarlah ucapan beliau yang menyatakan bahwa orang yang paling kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya. Orang yang paling berkuasa adalah orang yang mampu untuk membalaskan dendamnya ketika ia berkuasa, tetapi ia memaafkan kesalahan musuhnya.
Dunia akan menjadi indah jika ada orang yang meminta maaf dan ada orang yang memaafkan. Kesewenangan dan dendam kesumat akan digantikan dengan kasih sayang dan pengertian. Ancaman akan berganti dengan perhatian yang tulus.
Di tengah-tengah hukum rimba yang banyak berlaku di sekitar kita, sifat memaafkan ibarat embun sejuk yang menyirami bumi yang gersang. Di celah-celah orang yang sombong dan angkuh, sifat memohon maaf laksana cahaya terang yang menerangi kegelapan hati yang pekat. Barang siapa yang memberikan kelapangan kepada saudaranya di dunia, maka Allah SWT akan memberikan kelapangan padanya di hari akhir kelak.