Kota Pekanbaru menjadi salah satu kota dengan penduduk yang cukup padat, hal ini menimbulkan tumpukan sampah yang semakin menggunung. Sampah yang kurang terurus membuat Kota Pekanbaru dihiasi warna warni sampah plastik yang berserakan.
Setiap hari, setidaknya ada sekitar 5 kg sampah yang dihasilkan oleh satu rumah. Sehingga dalam waktu 3 hari saja, Kota Pekanbaru mampu menyumbang sampah yang berton-ton jumlahnya. Kondisi ini tentu bukan hal yang remeh, sehingga perlu aksi nyata antara pemerintah dan warga.
Bukan hanya soal tumpukkan sampah, tapi juga menyebabkan bau dan membawa penyakit. Belum lagi sampah yang beterbangan dan menyumbat saluran air. Sumbatan akibat sampah ini bisa menjadi pemicu genangan air, sehingga menjadi sebab Kota Pekanbaru terendam banjir saat hujan.
Solusi Penanganan Sampah dan Banjir Pekanbaru
Menyoal tentang banjir yang akhir-akhir ini menggenang Kota Pekanbaru, Dr Muhammad Ikhsan menjawab tentang solusi sampah Pekanbaru yang belum tertata dengan baik.
“Yang utama pengelolaanya, kalau tidak dikelola maka dampaknya akan banyak kepada kita” tukas Muhammad Ikhsan selaku pakar Tata Kota Pekanbaru dalam wawancaranya.
Ada beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi bencana banjir dengan meminimalisir penyebaran dan pembuangan sampah. Menurut M. Ikhsan, banjir di Pekanbaru bisa teratasi melalui beberapa cara yang akan dibeberkan sebagai berikut:
1. PLTSA (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
Salah satu solusi sampah Pekanbaru yang membludak yaitu menggunakan teknologi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah). Yaitu salah satu teknologi yang menggunakan sampah sebagai bahan utama dalam menciptakan arus listrik.
Sampah dibakar kemudian panas yang dihasilkan digunakan untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Jadi TPA yang digunakan tidak terlalu besar agar sampah yang menumpuk tidak terlalu banyak dan bisa segera dibakar.
“Di Surabaya PLTA ini tahun sekarang sudah menghasilkan 2 mega watt, dan mereka akan mengembangkan menjadi 11 megawatt dari sampah tahun depannya. ” kata M. Ikhsan.
Menurutnya, Kota Pekanbaru bisa mengambil contoh dari pengelolaan sampah yang ada di Surabaya, meskipun dengan penduduk yang tiga kali lebih banyak nyatanya Surabaya mampu mengelolanya dengan baik. Karena dari pihak pemerintah dan masyarakat memiliki kepedulian terhadap sampah.
2. Pengelolaan Sampah
Semakin banyaknya penduduk, tentu jumlah sampah yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Baik sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, maupun sampah jalanan dan pasar. Sampah-sampah tersebut harus memiliki penanggung jawab yang pasti.
Menurut Muhammad Ikhsan pengelolaan sampah perlu diatur dan terstruktur, karena tidak semua yang berhubungan dengan kebersihan harus dibebankan ke dinas kebersihan. Jadi dapat dibagi sesuai dengan tempatnya.
Misalnya saja, di jalan jalan utama dipegang oleh Dinas Kebersihan, kemudian untuk pasar bisa dipegang kendali oleh Dinas Pasar. Dimana pihaknya bisa memiliki truk sendiri, mengelola sampah pasar dan mengelolanya sendiri.
Sedangkan seperti sekolahan dan tempat menimba ilmu, sampah yang dihasilkan ditanggung oleh Dinas Pendidikan untuk mengelolanya.
Sampah dari rumah-rumah dikelola oleh kelurahan sehingga gunungan sampah ini bisa dibagi dan lebih tertata agar tidak menimbulkan masalah banjir Pekanbaru.
Dalam proses pengelolaan sampah yang paling membutuhkan banyak dana yaitu proses pengangkutannya. Sebenarnya, hal ini bisa diatasi apabila sampah yang akan diangkut sudah dipilah terlebih dahulu. Hal ini sangat berdampak pada jumlah sampah yang dihasilkan.
3. Bank Sampah
Bank sampah menjadi salah satu solusi yang efektif untuk menanggulangi masalah sampah yang semakin membludak. Bak sampah bisa dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluaran, dimana sampah yang dihasilkan sudah dipilah terlebih dahulu.
“Bayangkan dia sebelumnya 1400 ton/hari sama surabaya setelah pengelolaan selama 5 tahun menjadi 1100 ton yang diangkut, jadi 300 ton yang bisa dikurangi” sebut M. Ikhsan mencontoh Kota Surabaya dalam pengelolaan sampah.
Contohnya saja sampah organik seperti sisa makanan bisa diolah menjadi kompos dan tidak ikut terangkut. Sampah yang diangkut yaitu sampah yang susah terurai dan dapat digunakan untuk barang lain atau daur ulang seperti sampah plastik dan anorganik lainnya.
Dengan adanya bank sampah ini juga mampu mengubah perekonomian desa karena hasil dari sampah bisa dirupiahkan. Dari satu bank sampah saja dengan lingkup RT mampu menghasilkan uang sebanyanyak Rp.2.000.000/tahun.
Sehingga cara pandang tentang sampah menjadi berbeda, yang tadinya menganggap sampah menjadi sebuah masalah. Setelah adanya bank sampah Pekanbaru maka pandangan tentang sampah berubah menjadi pundi pundi rupiah.
Memang masalah sampah Pekanbaru akan terus menjadi hal yang sulit untuk diselesaikan. Namun dengan kerjasama dan kontribusi dari semua pihak seperti pemerintah serta masyarakat sedikit demi sedikit akan terselesaikan juga.
Solusi-solusi yang disampaikan oleh Dr Muhammad Ikhsan merupakan solusi yang dapat diambil sebagai langkah pertama menanggulangi sampah dan juga banjir di Kota Pekanbaru. Sehingga julukan kota berkuah tak lagi disematkan pada kota yang indah, Pekanbaru.
Sumber : riaubarometer.com