Banjir membuat banyak aktivitas kehidupan menjadi terganggu, membuat sarana transportasi Pekanbaru tidak bisa beroperasi, membuat masyarakat tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Bahkan yang lebih buruknya lagi bisa menyebarkan penyakit kulit.
Pekanbaru adalah salah satu kota yang menjadi langganan banjir setiap kali hujan datang. Bukan tanpa alasan, namun pakar tata kota Pekanbaru, Muhammad Ikhsan, menyatakan bahwa ketahanan drainase akan banjir cenderung kurang baik.
Hal ini terbukti dengan fakta bahwa apabila terjadi hujan sebentar saja, banjir akan terjadi di Pekanbaru. Dengan kata lain, kondisi drainase adalah salah satu pemicu terjadinya banjir Pekanbaru. Selain masalah drainase, kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan juga menjadi pemicunya.
Kesadaran masyarakat akan lingkungan cenderung masih rendah dan kondisi drainase tidak begitu mereka pedulikan. Masih banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan yang dapat mengakibatkan drainase menjadi tersumbat.
Solusi Banjir Pekanbaru dan Tahapannya
Ada cukup banyak hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengentaskan masalah banjir dari Kota Pekanbaru. Namun, sebagai seorang ahli tata kota Pekanbaru yang sudah mempelajari apa saja penyebab banjir di sana, Dr Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa mengatasi banjir itu mudah.
Ya, Muhammad Ikhsan menyatakan bahwasanya masalah banjir Pekanbaru adalah hal yang sebenarnya bisa diatasi. Namun dengan catatan penanganannya itu harus secara keseluruhan, bukannya parsial.
Penanganan ini menjadi lebih mudah lagi dilakukan pada saat ini karena Pekanbaru sudah memiliki rencana induk penanganan banjir yang disusun dalam aplikasi sederhana. Solusi penanganan banjir di Pekanbaru ini bisa dibagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.
1. Jangka Pendek
Dalam jangka pendek, hal yang bisa dilakukan ialah dengan melakukan revitalisasi saluran-saluran drainase yang sudah ada. Tujuannya adalah untuk melancarkan aliran air dan salah satunya bisa dilakukan dengan pembersihan.
Karena drainase itu ada hierarkinya, yakni saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier, maka pembersihannya bisa dilakukan oleh ‘pemilik’ drainase tersebut. Contoh kalau untuk kawasan pemukiman dan parit-parit yang terhitung kecil, pembersihan bisa dilakukan oleh masyarakat.
Sementara untuk saluran sekunder yang ukurannya dimulai dari 1 meter atau lebih dan biasanya ada di tepi jalan besar, ini ada tugas para pekerja yang memelihara drainase kota. Dalam pembersihan drainase ini tidak hanya berfokus pada pembersihan saluran saja.
Namun juga diarahkan untuk menjamin kelancaran aliran air. Para pekerja tersebut bisa diarahkan untuk mengangkat berbagai halangan yang terdapat dalam parit. Misalnya timbunan sampah plastik, parit tumbang serta berbagai material sedimentasi lainnya.
Supaya proses pembersihan bisa dilakukan dengan lebih cepat, maka pihak pemerintah kota sebaiknya mengajak seluruh lapisan baik masyarakat, relawan maupun pekerja yang ada untuk bergotong royong. Tentunya gotong royong ini harus dilakukan dengan arahan yang benar.
Bukan hanya membersihkan drainase, dalam jangka pendek sebaiknya pemilik bangunan yang bangunannya menutupi drainase dan menghambat aliran air sebaiknya dibongkar saja. Selanjutnya juga bisa dilakukan normalisasi sumur resapan supaya air bisa terserap lebih banyak saat hujan turun.
2. Jangka Menengah
Untuk jangka menengah, bisa dilakukan perbaikan serta pembangunan drainase. Sebelum itu perlu dibuat master plan drainase yang disinkronkan dengan master plan jalan, mengingat setiap ada pembangunan jalan juga harus dilengkapi drainase yang sepadan.
Dalam solusi jangka menengah ini, diperlukan dana yang cukup. Dalam solusi jangka menengah pula, dilakukan penanganan sampah Pekanbaru sekaligus kegiatan para pedagang kaki lima.
Apabila sampah-sampah yang ada ditangani dengan baik, ini bisa berdampak pada pengurangan risiko pembuangan sampah secara sembarangan ke dalam saluran air, baik itu oleh masyarakat maupun para pedagang kaki lima tersebut.
Khusus untuk para pedagang kaki lima itu sendiri juga harus diberikan sosialisasi terkait pembuangan sampah yang baik. Selain itu, mereka juga perlu diawasi sekaligus disediakan tempat sampah yang memadai agar tidak lagi memanfaatkan saluran air untuk menghilangkan ‘jejak’ mereka.
Sekali lagi, masyarakat dan PKL ini juga harus diawasi agar tidak lagi mendirikan bangunan yang sekiranya bisa menghambat aliran air dan mempersempit drainase. Selanjutnya perlu juga mempersiapkan lahan yang khusus untuk ruang terbuka hijau publik.
Tujuannya adalah supaya air hujan yang turun bisa segera terserap oleh tanah. Bukan hanya itu, ruang terbuka hijau ini nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pendingin udara bagi kota, tempat rekreasi, tempat hidup berbagai burung bahkan sebagai tempat olahraga juga.
3. Jangka Panjang
Selanjutnya untuk jangka panjang bisa dilakukan penanganan anak sungai, penataan ruang kota dan pembangunan ruang terbuka hijau yang serasi dan komprehensif.
Sebenarnya pula untuk penanganan banjir, pengadaan ruang terbuka hijau, penataan ruang kota, waterfront city dan transportasi air bisa dilakukan secara serentak. Dengan demikian, di tahun-tahun yang akan datang hujan tidak akan lagi menjadi fenomena yang menakutkan.
Tidak lupa masalah sampah Pekanbaru harus dipikirkan. Karena bagaimanapun juga, pengelolaan sampah yang baik akan membuat Pekanbaru menjadi kota yang lebih bersih.
Bahkan kalau pengelolaannya itu tepat, bukan tidak mungkin sampah malah mendorong warga lebih maju secara ekonomi. Tentunya solusi sampah Pekanbaru yang sudah dirumuskan harus dijalankan dengan ketat dan konsisten. Jadi tidak hanya dilakukan saat awal-awal solusi dirumuskan saja.
Sumber : riaubarometer.com