Banjir adalah salah satu bencana yang seolah sudah lumrah terjadi pada musim penghujan. Ada banyak daerah di Indonesia yang secara rutin mengalaminya termasuk Pekanbaru. Bahkan sejumlah pihak telah menyebutkan bahwa banjir Pekanbaru itu adalah masalah klasik.
Hanya saja yang disayangkan adalah masalah klasik ini tidak berhenti bahkan semakin lama menjadi semakin parah. Pasalnya, jika dahulu Pekanbaru baru akan mengalami banjir setelah hujan lebat turun selama berjam-jam, saat ini hujan sekitar 15 menit saja sudah bisa menimbulkan genangan.
Air yang tidak tertampung oleh drainase dan tidak terserap oleh tanah ini menimbulkan sejumlah dampak buruk. Diantaranya ialah lumpuhnya sarana transportasi Pekanbaru, lalu lintas menjadi macet, harta benda milik masyarakat terendam air bahkan merebaknya penyakit.
Disinyalir terjadinya banjir ini terkait dengan tata kota Pekanbaru, selain adanya faktor penyebab lain tentunya. Sebab, bila tata kota tersebut baik dan mendukung terjadinya aliran air dengan baik, maka banjir bisa menjadi suatu hal yang tidak akan terjadi di kota ini.
Penyebab Banjir di Pekanbaru
Masalah banjir Pekanbaru mengundang perhatian banyak pihak, salah satunya ialah DR Muhammad Ikhsan, salah seorang dosen di Universitas Riau sekaligus salah seorang Pakar Tata Kota Pekanbaru.
Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa terjadinya banjir di sejumlah titik di Kota Pekanbaru salah satunya diakibatkan oleh pendangkalan drainase. Drainase yang dangkal akan menyebabkan berkurangnya daya tampung air yang menyebabkan air bisa dengan mudah meluap dan menjadi banjir.
Sementara itu, ketahanan drainase di Kota Pekanbaru bisa dikatakan cenderung kurang baik. Hal ini terbukti dengan saat terjadi hujan meskipun hanya sebentar saja, banjir sudah bisa tercipta.
Selain drainase yang dangkal, aktivitas masyarakat yang membuang sampah seenaknya ke dalam parit juga dapat mendorong terjadinya banjir. Pasalnya, keberadaan sampah Pekanbaru membuat parit-parit menjadi lebih kecil, selain adanya faktor lain seperti endapan pasir tentunya.
Masalah sampah Pekanbaru yang dibuang sembarangan ke parit ini masih diperburuk lagi dengan adanya beberapa titik drainase yang ditimbun oleh pemilik bangunan. Seharusnya para pemilik bangunan ini diberikan teguran yang keras untuk memastikan jalannya air bisa berlangsung dengan lancar.
Kondisi drainase dan sampah tentu bukanlah satu-satunya faktor penyebab banjir. Sang dosen juga menjelaskan bahwa banjir yang terjadi di perkotaan itu adalah hasil dari kombinasi dua faktor yakni luas daerah untuk resapan air dan kondisi drainase itu sendiri.
Intinya, semakin luas daerah untuk resapan air, maka risiko terjadinya banjir juga bisa lebih kecil karena air punya lebih banyak tempat untuk meresap ke dalam tanah. Jadi untuk penanganan banjir seharusnya bisa dilakukan dengan memperhatikan kedua hal tersebut.
Solusi Banjir Pekanbaru
Dalam menangani banjir, bisa dilakukan dengan membuat biopori atau lubang resapan air yang tujuannya adalah untuk mengatasi genangan dengan cara meningkatkan kemampuan tanah dalam meresapkan air.
Bukan hanya menjadi solusi untuk masalah banjir, biopori juga sekaligus menjadi solusi sampah Pekanbaru, khususnya sampah organik. Pasalnya, dalam pembuatan biopori juga diperlukan sampah organik untuk menghasilkan kompos dalam waktu kurang lebih 1 bulan. .
Jadi nanti akan dibuat lubang silindris di dalam tanah lalu lubang tersebut diisi dengan sampah organik. Sampah organik tersebut akan menjadi ‘sumber makanan’ bagi cacing, rayap, semut sekaligus perakaran tanaman yang dapat menciptakan pori-pori dalam tanah.
Jika berdasarkan pada penelitian LIPI, memang biopori tidak bisa secara signifikan untuk mencegah banjir, akan tetapi sangat efektif untuk menangani genangan, Untuk 1 rumah bisa dibuatkan 2 biopori.
Untuk 1 petak ruko, dibuatkan 4 biopori dan untuk 1 kantor pemerintah dibuatkan 100 biopori serta 1 sumur resapan. Untuk Pekanbaru sendiri, bisa dibuatkan satu juta biopori menggunakan pipa diameter 6 inci dan panjangnya 1 meter. Biayanya sekitar Rp 200.000.
Selain dengan pembuatan biopori, penanganan banjir juga bisa dilakukan dengan pembuatan master plan drainase, merealisasikan perbaikan sekaligus pembangunan drainase, normalisasi parit dan anak sungai serta pembentukan gugus tugas yang secara khusus menangani drainase ini.
1. Pembuatan Master Plan Drainase
Master plan drainase harus dibuat secara menyeluruh dengan menggambarkan titik-titik mana saja yang rawan banjir sekaligus dengan penyebabnya. Dalam master plan ini juga seharusnya menyebutkan mana yang saluran utama, saluran peringkat kedua serta saluran anak.
Dengan penggambaran yang lengkap ini nanti bisa diketahui kira-kira ke mana arah aliran air sampai tuntas hingga mencapai sungai, laut atau kanal besar.
2. Realisasi Fisik Perbaikan serta Pembangunan Drainase
Drainase yang terdapat di kota pada umumnya akan berada di kanan serta kiri jalan. Karenanya, pembangunan serta anggarannya akan tergantung pada pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten/kota tergantung pada siapa yang menjadi pemiliknya.
Sehingga dengan demikian, pemerintah Kota Pekanbaru semestinya melakukan koordinasi dengan pemerintahan yang lain supaya drainase di tepi jalan dapat menampung air sesuai dengan hierarkinya.
3. Normalisasi Sungai dan Parit
Normalisasi ini bisa dilakukan dengan cara penggalian dan pengerukan. Selain itu, drainase juga bisa ditata untuk memastikan kelancaran aliran air serta tidak ada bagian yang terputus, tertimbun ataupun tersumbat.
4. Pembentukan Gugus Tugas Khusus
Gugus tugas khusus ini harus selalu siaga terutama saat tiba waktu rawan banjir agar bisa segera memberikan penanganan yang tepat dan cepat pada saat terjadi penyumbatan serta mengetahui masalah apa saja yang ada dalam darungan.
Sebagai bencana yang sudah dianggap klasik, banjir di Pekanbaru memang harus segera ditangani. Penanganan banjir juga harus dilakukan secara menyeluruh, bukan lagi sebagian, terlebih mengenai drainase.
Drainase memang merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan dan tata kota. Jadi kondisinya harus selalu dipantau supaya tetap bisa berfungsi dengan baik.
Sumber : riaubarometer.com