

PEKANBARU – Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru dinilai tidak serius dalam menangani permasalahan kota. Pasalnya, pekerjaan rumah (PR) yang sudah terjadi menahun, tidak ditangani dengan baik dan maksimal.
Pengamat perkotaan Dr Muhammad Ikhsan menyebut, ada tiga permasalahan yang hingga kini belum dituntaskan oleh Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru Firdaus dan Ayat Cahyadi. Tiga permasalahan itu yakni banjir, sampah, dan kemacetan.
Menurutnya, Pemko Pekanbaru belum maksimal dalam menyelesaikan tiga masalah besar itu.
Terkait permasalahan banjir, ia menilai masterplan yang direncanakan Pemko sudah bagus. Hanya, penerapan di lapangan belum maksimal.
“Kalau untuk banjir, itu sebetulnya sudah ada kemajuan karena udah ada masterplannya. Yang mau dilakukan itu sudah pas, sudah ada perencanaannya, cuma memang action-nya ini yang masih belum nampak komitmen (Pemko) untuk pelaksanaannya,” ujar Ikhsan, Minggu (26/12/2021).
Kalau cuma perencanaan, kata Ikhsan, itu tidak akan ada dampaknya karena masih tetap banjir.
“Jadi ini dituntut untuk komitmen dalam penganggaran supaya dianggarkan, kalau mau signifikan ya sekitar puluhan miliar atau minimal Rp25 miliar per tahun. Kan itu harus dikeluarkan untuk itu, kalau cuma di bawah Rp5 miliar, paling cuma Rp2 miliar itu tidak serius itu,” jelasnya.
Selain banjir, Ikhsan juga mengritisi permasalahan sampah. Ia menilai pengangkutan sampah oleh pihak ketiga atau perusahaan belum maksimal.
“Meskipun sudah dilakukan oleh perusahaan, itu belum maksimal. Karena tetap terjadi permasalahan di lapangan, sampah masih banyak menumpuk, dan ini harus ada evaluasi tentang pengangkutan, termasuk juga dengan perhitungan volume yang diangkut,” katanya.
Ia menghitung, jika sehari sampah diangkut sekitar 700 ton, maka harus ada pengawasan dan pengecekan apakah sampah yang diangkut sesuai tonase.
“Itu siapa yang ngecek 700 ton itu, apakah memang 700 atau memang sudah terpenuhi jangan-jangan tidak terpenuhi. Jadi itu masih ada evaluasi untuk mengecek, untuk pengawasan,” ucapnya.
Bukan hanya pengawasan yang jadi ukuran, lanjut Ikhsan, tapi juga jangkauan pengangkutannya serta pemungutan retribusi sampah di lapangan yang belum duduk.
Ia menyebut, di lapangan belum juga duduk pemungutan retribusi sampah di masyarakat. Menurutnya, jika pemungutan distribusi ini dilakukan masyarakat, pemerintah tidak perlu banyak mengeluarkan uang banyak sampai Rp50 miliar.
“Jadi memang retribusi dari masyarakat yang diperuntukkan untuk itu (membayar pengangkutan sampah). Jadi pendapatan retribusi itu langsung untuk biaya pengangkutan. Kalau sekarang kan tekor, tekor retribusinya berapa kemudian yang dikeluarkannya sampai Rp50 miliar. Harusnya kan tidak tekor itu, kalau masyarakat yang mengelola sendiri tidak tekor itu. Menurut saya harus ada evaluasi,” paparnya.
Kemudian permasalahan yang ketiga kata Ikhsan, adalah transportasi atau kemacetan. Menurutnya, transportasi makin lama makin sesak di kota kita. Apalagi ini istilahnya reborn, di mana pantulan dari pandemi Covid-19 kemarin, masyarakat langsung ramai berkegiatan sehingga mengakibatkan kemacetan.
Ia menilai kemacetan itu sudah semakin meluas semakin panjang. Hal itu dikarenakan tidak tertibnya pedagang-pedagang yang berada di pinggir jalan. Para pedagang semakin lama semakin masuk ke badan jalan.
Penanganan pedagang yang berjualan di pinggir jalan kolektor dan tingkat dua perlu ditata. Seperti jalan rambutan, jalan delima, jalan cipta karya, jalan paus. Jalan tingkat 2 itu mesti ditata, karena masyarakat semakin lama semakin merengsek ke tengah jalan. Bahkan, pedagang di Jalan Soebrantas sudah bukan di trotoar lagi, namun sudah di badan jalan yang digunakan pedagang.
“Jika itu tidak ada penertiban, maka makin lama makin repot nanti. Untuk itu, maka pemerintah kota perlu ketegasan, kedua konsistensi terus menerus sampai masyarakat tidak ada kesempatan menggunakan badan jalan, kalau tidak, makin parah nanti,” ungkapnya.
Penulis: Rahmat
Editor: Rico
Sumber : https://www.halloriau.com/read-pekanbaru-1416020-2021-12-26-pengamat-sebut-pemko-tak-serius-tangani-banjir-sampah-dan-macet.html