Tidak ada manusia yang tidak menghasilkan sampah. Sayangnya, sampah bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Karena apabila tidak dikelola dengan baik, akan menimbulkan sejumlah dampak buruk termasuk banjir. Di Kota Pekanbaru sendiri, banjir adalah sesuatu yang mudah terjadi saat musim hujan.
Begitu hujan lebat turun, dalam waktu sekitar 15 menit saja genangan air sudah tercipta, dan genangan ini juga bisa disebut sebagai banjir untuk mempermudahnya. Setiap kali banjir ini terjadi aktivitas sarana transportasi Pekanbaru akan lumpuh.
Bukan hanya itu saja, masyarakat yang ada juga harus segera menyelamatkan dirinya supaya tidak terseret oleh air. Belum lagi masih ada dampak lainnya seperti terendamnya rumah, harta benda bahkan penyakit kulit menjadi mudah menyebar.
Seorang pakar tata kota Pekanbaru yang sekaligus merupakan dosen di Universitas Riau yakni Dr Muhammad Ikhsan mengatakan bahwa sebenarnya sampah itu bukanlah penyebab dominan terjadinya banjir.
Sebab, banjir yang terjadi di perkotaan sejatinya merupakan kombinasi dari dua hal yakni masalah luas daerah resapan air yang kurang serta kondisi drainase yang tidak memadai. Kendati demikian, masalah sampah Pekanbaru tetap harus mendapat perhatian yang serius.
Pengelolaan Sampah di Pekanbaru
Muhammad Ikhsan menyampaikan bahwa sampah itu perlu dikelola, karena kalau tidak dikelola bisa menjadi masalah. Apabila sampah dikelola dengan baik dan benar, maka sejumlah masalah bisa diminimalisir, bahkan tidak menutup pula mendatangkan keuntungan.
Jadi bukan tidak mungkin jika kedepannya masyarakat bisa hidup dari sampah, bukan hanya menghasilkan sampah. Jika pengelolaan terus dilanjutkan, akan membuat tata kota Pekanbaru tampak lebih rapi, lebih bersih dan juga lebih menyenangkan saat dipandang.
Pengelolaan sampah ini harus dilakukan secara terpadu mulai dari hulu hingga hilir. Berdasarkan pernyataan dari M. Ikhsan, pengelolaan sampah bisa dimulai dari pemisahan sampah menjadi dua kategori, yakni organik dan anorganik.
1. Pemisahan Sampah Organik dan Anorganik
Sampah organik merupakan sampah yang mudah busuk contohnya daun, sisa sayuran, batang bunga, gedebong pisang dan lain sebagainya. Sementara sampah anorganik adalah kebalikannya, yaitu sampah yang tidak mudah hancur misalnya seng, kaca, plastik, besi dan lain sebagainya.
Untuk sampah organik nanti bisa dijadikan sebagai pupuk kompos sedangkan sampah anorganik jika memang memungkinkan bisa didaur ulang. Sampah yang dapat didaur ulang ini bisa diserahkan pemanfaatannya ke bank sampah.
Baik sampah yang didaur ulang maupun sampah yang dijadikan sebagai pupuk kompos nantinya bisa dijual kembali. Sementara untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang masuk ke pengangkutan untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Tentu saja solusi sampah Pekanbaru ini memerlukan dukungan dari pemerintah. Pemerintah bisa memberikan sosialisasi, edukasi sekaligus pengawasan pengelolaan sampah.
2. Perlakuan Terhadap Sampah yang Dibuang
Untuk sampah yang dibuang bisa dikemas dalam suatu wadah plastik besar yang diikat atau ditutup. Wadah plastik adalah yang tidak mudah bocor dan mempermudah pengangkutan hingga ke tempat pembuangan sementara yang bisa berupa kontainer tertutup.
Sayangnya, di Pekanbaru kontainer seperti ini sangat minim sehingga orang mudah membuang sampah dimana-mana termasuk di tepi jalan dan di tepi saluran air. Beberapa dari sampah tersebut bahkan bisa masuk ke dalam saluran air yang menambah kemungkinan tersumbatnya aliran.
3. Sampah di Tempat Pembuangan Akhir
Saat tiba di tempat pembuangan akhir, sampah sebaiknya tidak dibuang begitu saja. Sampah bisa dibuang namun di lokasi yang cekung untuk kemudian dipadatkan serta ditimbun dengan tanah. Jadi sampah tidak berpotensi menimbulkan bau busuk.
Namun dalam hal ini perlu juga dibuatkan pipa untuk mengalirkan cairan yang merupakan hasil dari pembusukan sampah dan terkontaminasi oleh bakteri dan kimia. Cairan tersebut perlu dinetralkan dulu baru setelahnya dibuang supaya tidak mencemari lingkungan.
Revitalisasi Drainase untuk Melancarkan Aliran Air
Sampah memang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah kota, begitu juga dengan kondisi drainase. Sebab, masalah banjir Pekanbaru juga disebabkan salah satunya oleh kondisi drainase yang kurang memadai.
Sebagai solusi banjir Pekanbaru, bisa menerapkan masterplan drainase yang baik dan juga menyeluruh. Masterplan di sini adalah untuk meyakinkan bahwa air bisa mengalir dengan lancar melalui saluran hingga ke Sungai Kampar dan Sungai Siak dengan saya tampung yang sesuai.
Penanganan banjir yang diprioritaskan adalah yang paling krusial terlebih dahulu hingga yang rutin dilakukan. Semuanya harus tercantum dengan jelas dalam masterplan sehingga bisa diketahui progres pembangunan drainase untuk menyelesaikan persoalan banjir sampai tuntas.
Sehubungan dengan perbaikan serta pembangunan drainase, diperlukan koordinasi antara setiap level pemerintahan. Sebab, drainase yang ada di kota khususnya biasanya akan berada di sisi kanan dan kiri jalan yang anggarannya akan tergantung pada siapa pemilik jalan tersebut.
Apakah pemiliknya itu pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota atau justru pemerintah pusat. Kemudian untuk jangka pendek, bisa dilakukan upaya revitalisasi dengan pengerukan, penggalian serta pembersihan parit dan juga anak sungai yang sudah ada.
Ini untuk memastikan air bisa mengalir dengan lancar tanpa adanya material yang menyumbat, drainase putus maupun drainase tertimbun. Tidak kalah penting, perlu dilakukan penyusunan gugus tugas yang bisa siaga setiap waktu rawan terjadinya banjir.
Dengan demikian, misalnya nanti ada drainase yang tersumbat bisa segera ditangani dan masalah-masalah lain yang ada dalam saluran bisa segera diketahui.
Sumber : riaubarometer.com